Rabu, 26 Oktober 2022

Tuhan. Aku Ingin Pulang

 Ketika Lengah dan segala rasa payah mulai terasa, aku dan mungkin mereka teman - temanku merasakan lelahnya dalam menjalani suatu prasyarat lulus kuliah jenjang S1.


Disaat aku duduk tersungkur satu menit saja, pikiranku berkeliaran merefleksikan masa yang berlalu entah kemana arahnya sehingga menemukan titik kebingungan terus - menerus bahkan saat ini akupun bercerita lewat tulisan dalam keadaan bingung sama sekali.


Mengapa hal demikian seringkali terjadi pada saya? Saya memaklumi lantaran nasib saya sebatangkara dan tak punya apa - apa. Ilmu sedikit, keluarga tidak punya, bekal pun tak punya. Saya merenungi nasib yang setiap harinya serba numpang pada teman - teman di posko Praktek Pemberdayaan Masyarakat, yang disingkat P2M.


Sungguh kelucuan terbesar bagi saya pribadi, Sebagai anggota Praktek Pemberdayaan Masyarakat, mengapa tidak.? boro - boro memperdayakan masyarakat sementara nasib sendiri sedang tidak berdaya atau lebih tepatnya tidak baik - baik saja.


Hal demikian yang sering menjadi momok dalam aktivitas saya, sehingga bagi saya ini merupakan tantangan paling besar bagi saya. Sebagaimana rangkaian kata yang pernah aku baca, " tantangan terbesar dalam hidup adalah pikiran kita sendiri ".11


Kembali lagi pada tulisan ini dimulai, Aku ingin pulang!

Ya. Aku ingin pulang tapi entah pulang kemana? Aku sering kali setiap selesai shalat bermunajat kepada sang khaliq, namun di sisi lain pikiranku melayang ke arah nasib sebatangkara. Mungkin bagi kebanyakan orang memahami sebatangkara ialah tidak punya ibu dan bapak, tapi bagi saya, tak punya ibu dan bapak sekaligus tempat tinggal.


Dalam hati kecil saya berkata itu tak penting aku miliki juga rasanya tak mungkin aku bisa wujudkan diwaktu sekarang ini yang masih aktif dan fokus pada jenjang karirku, yaitu sebagai sarjana agama nantinya ketika selesai di wisuda oleh kampus tercinta Institud Disorat Islamiah Al - amien Prenduan.


Mangapa itu tidak penting? Karena aku masih diterima oleh banyak orang dimana ingin aku tinggal, selama saya masih punya bekal, apa itu? Akhlak yang baik bagi sesama serta pada alam sekitarnya.


Disini aku berubah tujuan pulang, Aku ingin pulang kepada Rahmat allah SWT yang sesungguhnya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu athaillah al - askandari. " Jangan bergantung pada amal perbuatan, tapi bergantunglah pada rahmatNya". Baginya adalah hakikat dimana kita benar - benar melihat tempat kita yang sesungguhnya.!


Kendati hal demikian adalah yang seharusnya kita tahu dan kita tuju, namun hati kita masih bagai cermin yang belum bisa pantulkan cahaya tuhan sebagaimana mestinya. Hati ini masih banyak percikan kotor yang menempel pada hati kita yang sekian hari kian bertambah sehingga hati ini tak dapat melihat sang khaliq, yaitu Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Bila Mesin Berkuasa, Apalah Daya Manusia?

Sebagai kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang berupaya berfikir kritis dengan berbagai metode berfikir sesuai konteknya. Seperti C...