Sabtu, 30 Oktober 2021

Mahasiswa - Mahasiswi Jaman Sekarang


 Teruntuk mahasiswa dan senioritasnya bahkan kepada buyut - buyutnya, Penulis berharap tulisan ini tidak menjadikannya tersinggung melainkan sebuah tulisan yang sama sekali tidak ada urgensinya bagi pemuda yang notabenenya mahasiswa - mahasiswaan. 


Diakui atau tidak kita mengenal istilah idealis sejak awal ikut ORDIBA pada setiap perguruan tinggi yang dilontar keras dan tegas, "Sumpah mahasiswa", misalnya. 


Sebagaimana dalam KBBI, Idealis dimaknai sebagai orang yang bercita - cita tinggi, cenderung jalan hidupnya terstruktur. 


Dengan hal ini mari lihat dan baca kenyataannya sekarang sebagai bahan perenungan dan merekonstruksi upaya kita selama jadi mahasiswa dan mahasiswi. 


Pemuda yang notabenenya Mahasiswa yang idealis banyak ditumbangkan oleh sesama mahasiswa disekitarnya karena tidak memiliki kesadaran serta tekad, Giat, yang tidak lagi membara, belum lagi jumlah idelisme yang minoritas, dengan kata lain kalangan idealis hanya memiliki kapasitas khayal yang tinggi sesuai tingkat pengetahuan yang mereka miliki. 



Sebelum dibahas lebihjauh lagi perlu kiranya Penulis menarik istilah dari Kata Mahasiswa atau pemuda Realistis, 


Realisme adalah orang yang tampil apa adanya dalam realitas kehidupan sosial, politik, agama dan budaya mereka, tanpa memahami secara utuh terhadap realitas yang sedang terjadi. Semisal kita adalah kader Pergerakan mahasiswa islam indonesia sedang mengikuti Aksi dan bahkan menjadi orang garda terdepan saat aksi, tetapi sama sekali tidak memahami problem yang sedang kita gugat bersama, sehingga hal demikian menjadikan kita sebagai mahasiswa yang tragis. 


Memang seorang yang realistis memiliki keunikan tersendiri begitupun juga yang idealis, akan tetapi idealis kita tidak sebagaimana pernyataan Tan Malaka yaitu Idelisme adalah kemewahan tertinggi bagi pemuda, ditambah lagi realistis_nya kita tidak sebagaimana realistis_nya Sunan kalijaga yang prinsipnya " ikutilah aliran air, tapi jangan larut didalamnya ", sehingga tidak berdampak tragis. 


Kendati demikian kader PMII ditanamkan suatu sifat yang Idelisme serta sifat yang Realisme, akan tetapi tidak punya kapasitas yang kuat untuk menyatukan langkah keduanya sehingga lahirlah kader - kader yang utopis dan tragis. 


Selanjutnya jika ingin menjadi kader yang layak dan merdeka, semestinya kita mampu menyeimbangkan supaya yang idealis tidak utopis dan yang realistis tidak tragis. 

Dengannya kita harus mampu menengok kenyataan yang ada disekitar, Jika diketahui buruk maka ganti yang baik namun yang buruk jangan lantas dibuang tapi simpan mana tahu dibutuhkan.

Tidak ada komentar:

Bila Mesin Berkuasa, Apalah Daya Manusia?

Sebagai kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang berupaya berfikir kritis dengan berbagai metode berfikir sesuai konteknya. Seperti C...