Prof. Dr. K. Bertens lahir di Tilburg, Nederland pada tahun 1938.
Ilmu itu fokusnya adalah filsafat dan teologi di sebuah universitas di Belanda,
lalu filsafat dan psikologi di Universitas Leuven, Belgia. Berten mengajar
untuk dua tahun di Belanda, setelah itu pada tahun 1968 Bertens berhasil selesaikan
Disertasinya tentang Nicolas Malebranche, filsuf Prancis abad ke-17 Bertens berhasil
mendapatkan gelar "doktor filsafat" di Universitas Leuven. Bertens
sejak 1968 mengajar filsafat sistematika dan sejarah filsafat di berbagai
perguruan tinggi di Indonesia sejak 1983 Bertens juga bekerja sebagai staf di
Pusat Pengembangan Etika, Universitas Atma Jaya Jakarta, dan pernah menjabat
sebagai direktur Universitas Atma Jaya (1984-1995). Selain itu Bertens juga
mengajarkan dan memperdalam ilmu etika terapan, khususnya etika bisnis dan
etika biomedis, serta mereduksi “Rangkaian Etika Biomedis”. Dia membantu
mendirikan “Himpunan Dosen Etik Indonesia” (HIDESI) dan menjadi ketua
pertamanya pada tahun 1990 hingga 1997.
Etika sangat
dikenal dan dijadikan acuan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia terutama
pada dekade 1990-an. Etika sangat bermasalah dalam hal dilema moral berkembang
pesat saat ini, masalah moral hadir karena masalah baru lahir dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat maju saat ini, Sebagai efek dari
perkembangan ini, tentunya manusia akan terpapar berbagai perilaku moral.
Buku ini terbagi
menjadi beberapa bagian yang diawali dengan pengenalan isinya ada bab 1
membahas etika diikuti oleh bagian I tentang tema etika umum yang terdiri dari
bab 2, bab 3, bab 4, bab 5 dan bab 6 yaitu tentang hati nurani, kebebasan dan
tanggung jawab, nilai dan norma, hak dan kewajiban serta menjadi manusia yang
bagus. Kemudian dilanjutkan ke bagian II dengan tema teori etika dalam isinya ada
bab 7 dengan tema sistem filsafat moral. Bagian III dengan tema pengantar etika
diterapkan yang merupakan bagian terakhir dari buku ini yang mana ada bab 8
dengan tema masalah etika terapan dan tantangannya untuk zaman kita.
Dalam buku ini,
Prof. Bertens mengajak pembaca untuk menjelajahi seluruh wilayah etika.
Pertama, topik klasik seperti hati nurani, kebebasan, tanggung jawab, nilai,
norma, hak, tugas dan kebajikan. Kemudian beberapa teori dasar dibahas sejarah
filsafat moral: hedonisme, eudemonisme, utilitarianisme dan deontologi.
Pada bab pertama sebagai pengantar
buku ini, Bertens menjelaskan berbagai batasan. Tentu saja memahami etika,
moralitas, amoralitas dan imoralitas, etika dan etiket. Dengan hal ini memberi
pembaca kepemahaman yang komprehensif tentang etika Pengetahuan tentang batas
lebih mudah dipahami oleh pembaca pada Tema bab selanjutnya.
Namun jika ada kritik
lebih lanjut, pembaca tidak akan menemukan konsep apapun tentang akhlak yang
didapat dari kajian para filosof Islam akan terasa kurang lengkap khususnya
bagi pembaca yang memiliki wawasan luas tentang Islam.
Tema yang dibahas
pada bab pertama ini akan melengkapi pemahaman pembaca saat pembaca membaca bab
kedua. Dalam bab kedua ini Bertens menjelaskan tentang hati nurani dengan
berbagai variasi dilengkapi dengan contoh-contoh hal demikian itu menggambarkan
kesatuan hati nurani yang lengkap. Dalam perspektif Bertens membuat analogi
antara pemikiran tentang hati nurani dan perkembangan kesadaran moral dengan
teori Sigmund Freud dan Kohlberg.
Penjelasan tentang
hati nurani yang dijelaskan dalam bab ini sebenarnya tidak bisa digambarkan
sebagai konsep hati nurani yang sebenarnya karena pemikiran Bertens hati nurani
menggambarkan pemikiran pada jamannya yang belum tentu sesuai dengan esensi
yang terjadi saat ini.
Dalam bab ketiga
berikutnya Bertens berbicara tentang aktualisasi diri dari kebebasan manusia.
Bertens menjelaskan bahwa manusia memiliki ciri anatomi kebebasan individu yang
dibatasi oleh tanggung jawab pribadi dan pribadi tanggung jawab sebagai
kelompok. Dalam spektrum yang lebih luas dari konsep kebebasan Menurut Bertens,
hal tersebut melahirkan dinamika sosial dan politik, termasuk stratifikasi sosial
dan administrasi negara, misalnya kebebasan sosial dicontohkan dengan kebebasan
orang versus kekuasaan absolut, kemerdekaan versus kolonialisme. Tidak di bab
ketiga menemukan aksiologi dari batasan inheren kebebasan dan tanggung jawab agama
samawi lainnya.
Pada bab keempat
ini Bertens menjelaskan secara kronik konsep nilai dan norma, secara sekilas
perbedaan antara konsep nilai dan norma ini sangat tipis. Nilai moral berkaitan
dengan pribadi manusia. Nilai moral ini berkaitan dengan pribadi manusia yang bertanggun
gjawab. Sebuah nilai moral dapat diejawantahkan dalam perbuatan-perbuatan yang
sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang yang bersangkutan, sedangkan Norma moral
menentukan apakah perilaku kita baik atau buruk dari sudut etika. Karena itulah,
Norma tertinggi yang tidak dapat digantikan oleh norma lain adalah norma moral,
norma moral dapat menilai norma lain.
Dalam bab ini
pembaca akan mengetahuinya Kejelian penulis buku ini bahwa nilai dan norma
sebenarnya adalah sebuah konstruksi perilaku manusia yang kompleks, dimensi
nilai dan norma yang begitu kompleks, Hal ini berkaitan erat dengan pandangan
psikolog bahwa manusia itu adalah makhluk yang tak terhitung jumlahnya.
Bab kelima Bertens
menjelaskan eksistensialisme manusia dalam kedua dimensi tersebut pribadi dan
sosial yang menciptakan batasan hak dan kewajiban. Baik adalah klaim yang
dibuat oleh orang atau kelompok yang sah dan dapat dibenarkan, Artinya, orang
yang berhak bisa menggugat. "Teori koreasi" diadopsi oleh utilitarianisme,
menjelaskan bahwa kewajiban setiap orang terkait dengan hak orang lain dan
sebaliknya. Hak yang tidak memiliki kewajiban menurutnya tidak pantas disebut
"hak". Batasan antara hak dan kewajiban menciptakan hak hak pribadi
dan sosial serta kewajiban pribadi dan kewajiban komunal dimana batas-batas
tersebut merupakan mata rantai dalam mata rantai pembentukan peradaban manusia
yang hidup. keharmonisan di atas asas hukum, baik konvensi, privasi maupun alam
universal dan juga hukum yang relatif atau absolut.
Tema dari Bab enam
Proposal Bertens adalah menjadi manusia yang baik. Dalam bab ini Bertens
sebenarnya menghadapi masalah identitas dan alam Manusia itu. manusia adalah
makhluk moral yang bisa melahirkan mimpi perubahan dan peradaban baru yang bisa
dicapai jika manusia bisa Menjadi manusia yang baik, sebenarnya itu adalah
harapan yang harus dicapai tidak hanya utopia semata.
Bab ketujuh
Bertens mendeskripsikan berbagai fenomena moralitas yang terjadi dalam kehidupan
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat yang tentu saja hal tersebut terbentuk karena
adanya pandangan hidup yang berbeda. Pandangan hidup kapitalis akan melahirkan hedonisme
maupun bentuk-bentuk pandangan hidup yang melahirkan eudemonisme, utilitarianisme
dan deontologi.
Di akhir bab ini,
masalah etika terapan dan tantangan bagi mereka dibahas usia kita. Bertens
hanya memberikan pengenalan pada etika terapan, artinya etika itu disoroti
bidang-bidang tertentu seperti kedokteran, praktik bisnis, lingkungan dll. Pada
bagian ini pembaca diajak untuk mengamati dinamika moralitas yang berkelanjutan
berkembang dan semakin kompleks seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informasi. Di
sinilah pembaca harus sampai pada kesadaran bahwa hidup tidak lepas dari
nilai-nilai, oleh karena itu perilaku manusia yang baik sebagai individu atau
kelompok harus bertumpu pada nilai-nilai etika. Kapanpun menghargai etika dan
moralitas tidak dapat diaktualisasikan dalam kehidupan manusia terjadi akan melahirkan
kemunduran dan ini merupakan tantangan bagi zaman kita.