(Berdirilah teguh bersamaku meneladani para pendiri dan ulama dibarisan intelektual progresif)
"Mari berdiri teguh, masuk dalam barisan ideologis, dan berafiliasi kuat dalam faksi intelektual. Jangan mau dikungkung dan dikerdilkan dalam kepentingan senioritas & politik sesaat. Pertarungan politik selalu melelahkan dan akhirnya membodohkan, karena energimu habis hanya untuk kekuasaan sesaat. Sebagai kader awal yang memulai proses harus ada energi yang kuat dan sibuk untuk membaca, diskusi, aksi, refleksi, menulis, dan sekian banyak kegiatan produktif. Ciptakan ruang produksi pengetahuan yang massif, konsisten, radikal, progresif. Semua dinamika ini adalah bagian dari proses. Maka, walaupun mereka sedang berada dalam barisan faksi politik oportunis & pragmatis, mereka tetaplah sahabatmu!. Sahabat - sahabat sekalian bersumpahlah bahwa: Aku tidak pernah tunduk pada kekuasaan, Aku hanya tunduk pada kebenaran" !
Sharing ide ini kami lakukan di ruang refleksi menjelang dini bersama sahabat (K....i dan K...n) berpotensi, namun terobang-ambing badai pertarungan politik sesaat yang menyesatkan dan membodohkan! Jika tidak punya prinsip dan pendirian yang kuat, niscaya akan menjadi kader yang tercecer, tersisih, dan terbuang! Berorganisasi itu tidak hanya bergerombol dan bekontestasi merebut kekuasaan dalam level apapun bung! Bersiaplah untuk berada di barisan yang menang tanpa jumawa, besar kepala dan membusungkan dada; Namun bersiaplah juga jika berada di barisan kalah tanpa depresi, menyakiti diri, dan kehilangan orientasi, apalagi berkhianat keluar dari PMII.
Sahabat harus berontak jika dikungkung dan dikerdilkan. Seolah-olah dikader, dididik, dicarikan jaringan, dibuai mimpi tak jelas tentang kesuksesan. Yang ada sesungguhnya dikerdilkan, dibentuk pemikiran picik, dilarang bertemu senior tertentu. Jelas! ini bukan KADERISASI tetapi KOOPTASI. Yang fatal adalah bahwa barisan pragmatis dan picik tersebut dengan enteng tanpa beban memutus silaturahmi ke banyak orang dan menutup diri untuk berelasi dengan sekian banyak jaringan intelektual ideologis. Mereka merasa menang dengan berkuasa! namun sesungguhnya mereka orang yang kalah dalam memegang nilai. Ber-organisasi-lah dengan baik di PMII, yang didasari nilai, etika, moral, pengetahuan dan integritas, janganlah bergerombol di PMII seperti kawanan anjing berlari memangsa rusa, mulutnya berdarah dan berbau mimis hanya untuk urusan perut, atau preman perampok tanpa moral merangsek rumah dan menjarah isinya. Sahabat sekalian, mari junjung nilai yang terkandung dalam perisai PMII bukan menginjak-injak perisai PMII.
Berorganisasilah di PMII dengan penuh dedikasi, jangan pernah memutus silaturahmi dengan siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Aku, kita, kalian, sahabat-sahabat, dalam berproses itu perlu bereksistensi dalam pengetahuan, namun perlu nafas panjang dan daya tahan tanpa batas. Kesadaran kritis sahabat untuk berproses secara intelektual adalah tamparan keras pada diri sahabat sendiri. Segera mentas, keluar, dan lari sejauh mungkin, jika sahabat terseret atau diseret masuk dalam kubangan keruh hiruk pikuk pragmatisme dan aktivisme, jangan terserak dalam comberan politik oportunis yang memuakkan.
Mulai saat ini dan seterusnya dewasalah dalam berorganisasi, hikmatlah dalam memegang nilai dan perisasi PMII. Camkan! Berorganisasi tanpa faksi! Maka, teruslah melakukan konsolidasi gagasan! Berorganisasi tanpa kooptasi! Maka, teruslah belajar untuk berposisi egalitarian. Junjung setinggi-tingginya cita-cita dan visi perjuangan para pendiri Indonesia, para pendiri Nahdlatul Ulama, dan para pendiri PMII.
Ambilah pelajaran dari ceritaku ini,
Salam tadzim!
Ruang Refleksi, 12/November/2022