Senin, 07 Maret 2022

Sepenggal Kisah dan Luka

 

Siapa yang tahu semuanya akan seperti ini?

Kau yang banyak membuat cerita kini meninggalkan derita, kau yang memulai cinta kini tinggal cerita, kau merajut kini kau yang menghancur. 

Jikalau ku tahu,

Tak mau kubiarkan kau membuat cerita dalam hidupku, jika ku tahu tak mau kubiarkan rindu itu menumpuk dalam dadaku, jika ku tau,  tak mau ku biarkan cerita kelam bersampul kenangan manis yang kau tinggalkan untuk ku. 

Kau tak tahu,

Bagaimana aku membalut luka dengan senyuman, bagaimana aku merawat setia dalam sepi, bagaimana aku merawat percaya setelah diperdaya. 

Kau tak tahu itu kan!! 

Bagaimana aku berjuang, menunggu sementara kenyataan pahit menghujamku berkali-kali.

Hari-hariku berlalu dengan kesuraman tak berujung, tak dapat kubedakan mana cinta mana derita, mana yang tulus mana palsu. Semua kepalsuanmu terlihat tulus dimataku. 

Kau tak tahu, 

Bagaimana kekuatan cintamu merenggut kewarasanku, bagaimana kebodohan cinta menguasai diriku, bagaimana hariku tanpa jeda sedikit pun selalu memikirkanmu. 

Hingga saat ini,

Masih sering ku pikirkan, bagaimana aku pernah dengan sebodoh itu mencintaimu, pernah dengan segila itu menggilaimu,  pernah dengan sepolos itu melihat cintamu. 

Kau tak tahu itu kan!! 

Kau yang lebih banyak memberiku luka ketimbang cinta, kau yang  banyak memberi harapan dari pada tindakan, yang lebih  banyak meninggalkan dari pada membahagiakan, masih dengan sangat ku percaya.

Sementara,

Tangan yang datang membelai, ku tepiskan dengan angkuh. Angin rindu yang datang pun sekedar berhembus kemudian hilang diantara riuhnya pepohonan. 

Kau tentu masih ingat. Bagaimana aku memintamu untuk bertahan, bagaimana aku memintamu untuk tak pergi, memintamu untuk tetap disisi. 

Tapi kau memilih berlalu dengan cerita yang sudah baru.

Kau menepihku dengan alasan ketidakcocokan. Setelah sekian lamanya hubungan bertahan, mengapa baru sekarang ketidakcocokan baru kau bicarakan. Kau membuat semuanya terlihat mudah untuk ditinggalkan, membuat semuanya memang harus untuk dilupakan.

Kau berlabuh jauh,

Tanpa monoleh apa yang telah kau tinggalkan. Sementara sepasang mata memandangmu dengan air mata. Sepasang mata memandangmu dengan harapan untuk kembali. Ku hujani diriku dengan percaya bahwa kau akan kembali dan mengatakan " Kau merindukan ku. 

Ku gantungkan harapan itu setinggi mungkin, dan harus jatuh dengan harapanku  sendiri. 

Kejatuhanku membuatku sadar, harapan tetaplah hanya harapan. Tak akan pernah bisa kupaksakan menjadi kenyataan.

Kini setelah semuanya membaik,

Kau kembali dengan cerita luka yang menyayat hati, cerita rindu yang tak dapat ku mengerti, cerita komitmen untuk masa kini.

Benarkah demikian? Aku ragu tentang itu, setelah semua yang kau perbuat. 

Kau tentu sakit dengan sikapku saat ini. Tapi aku sosok lelaki yang pernah sakit dengan kepergianmu, pernah sakit dengan sikapmu, pernah sakit dimasa lalumu,  pernah sakit dengan semua tentangmu. 

Langit kamarku sesak dengan awan yang kuciptakan, bantal - bantal  dikamarku basah dengan terkurasnya banyak air mata,  dinding - dinding seolah menghakimiku. 

Kau tak tahu itu kan!! 

Dengan semua lukamu, sekarang dapat kau mengerti bagaimana harusnya menghargai orang yang tulus mencintaimu, orang yang bersedia tetap disisimu, dititik terendah sekalipun. 

Banyak lelaki bisa mencintaimu,  tapi tidak semua lelaki bisa tulus denganmu. Banyak lelaki bisa kau dapatkan, tapi tak semua lelaki bisa memahami kesulitanmu. Banyak yang bisa datang berbagi bahagia denganmu,  tapi tak semua lelaki bisa mengisi kekosonganmu.

Sekarang aku masih menikmati kesendirian, mencintai kebebasanku, menghargai diriku sendiri. Tanpa perlu melibatkan siapapun.  Termasuk kau! 

Aku tak mau lagi terlibat dengan cerita luka yang menyesakan dada,  cerita cinta yang menguras banyak air mata, dan juga menguras banyak tenaga. 

Seperti kataku "Masih kucintai kebebasan. 

Dan tentu saja kau tak ingin terluka bukan? Kau dan aku sosok yang pernah merasakan luka perihal cinta,  tentu tak ingin luka itu tertancap kembali.

Tak perlu berlarut dengan luka,  tak perlu terburu-buru untuk  memulai. Nikmati dulu kesendirianmu. Kesendirian tidak akan membunuhmu,  sepi tidak akan menghakimimu.

Semuanya akan membaik dengan berjalannya waktu.  

Kecuali,

Jika kau biarkan luka itu menjalar dalam dirimu, maka barangkali kau akan dibunuh oleh sepi dan kesendirian yang mencekam.

Aku tak menaruh dendam padamu. Hanya saja untuk memulai kembali, itu tak akan pernah terjadi.  Rasaku sudah tak lagi sama. 

Aku akan setia mengirimmu cerita menemani sepimu, cerita hangat yang membalut dinginmu, jika kau mau. 

Tapi tentu, hanya sebatas cerita. Keterlibatan ini tidak akan terjadi lebih jauh. 

Pergilah,

Simpanlah cerita ini  dalam peti hatimu, atau buang bersama derasnya arus selat masalembu. Jika rindu itu datang padamu hunuskan ia dengan sikapku yang menyakitimu, maka kau akan baik-baik saja. Rindu itu pun akan menghilang dengan sendirinya. 

Semesta akan merawatmu,  waktu akan membimbingmu.

Tersipu Dalam Sajak Tentang Cinta


 Mencintai angin harus menjadi siut…

Mencintai air harus menjadi ricik…

Mencintai gunung harus menjadi terjal…

Mencintai api harus menjadi jilat…

Mencintai cakrawala harus menebas jarak…

MencintaiMu harus menjadi aku..


Sajak ini ditulis oleh Sapardi Djoko Damono. Banyak karya beliau yang sudah dimusikalisasikan, seperti Aku Ingin, Hujan di Bulan Juni dan lainnya oleh Ari dan Reda dengan sensasi yang berbeda dari yang lain. Puisi di atas hanya memiliki 1 bait dengan 6 baris yang sangat dalam maknanya. 

Saya sebagai pembaca dan penikmat puisi di atas pun merasa tersipu bagai diberi bunga tanda cinta. Layaknya obat yang mempunyai efek samping, puisi milik Sapardi Djoko Damono ini juga dapat memberikan efek samping seperti bahagia, sulit tidur, rasa penasaran, bahkan sampai mendapat sensasi kupu-kupu di dalam perut.

Ah, itu judulnya saja yang mengandung kata “kecil”. Tapi cobalah untuk membaca ulang dan memahaminya lebih dalam lagi, maka akan ditemukan makna yang luar biasa. Bagaimana tidak, Sapardi dengan apik menggambarkan maksud hati untuk menyatakan “hanya aku yang bisa mencintai kamu” dengan menggunakan kiasan-kiasan yang begitu indah sebagai pengantarnya.

Mencintai. Mencintai membutuhkan usaha dan pengorbanan. Jika kita mencintai seseorang atau sesuatu, kita harus berkorban dan harus siap menjadi bagian dari seseorang atau sesuatu tersebut untuk menunjukkan suatu kesungguhan. Larik pertama, Mencintai angin harus menjadi siut, pada larik ini saya bertanya-tanya “ Apa itu siut?” lalu “Apa hubungannya dengan angin?”. 

Akhirnya saya menemukan jalan keluar dari pertanyaan itu, yaitu lewat KBBI. Kata “siut” dalam KBBI memiliki arti tiruan bunyi yang nyaring. Proses terjadinya bunyi yaitu ketika sumber bunyi bergetar, yang getaran ini kemudian merambat melalui medium rambat bagaikan udara. 

Maksudnya, untuk dapat bersama dengan angin haruslah ada ikhtiar (usaha) agar dapat terhubung. Baru pembukaan dan larik pertama saja, senyum mulai muncul di wajah saya. Bagaimana dengan larik-larik selanjutnya? Membayangkannya saja, saya sudah mesem-mesem sendiri.

https://youtu.be/AS1FiIlp6FI

Pada larik kedua, Sapardi menyapa air setelah tadi menyapa angin dalam puisinya. Larik kedua, Mencintai air harus menjadi ricik, KBBI pun menjadi penyelamat lagi. Ricik adalah tiruan bunyi gemuruh hujan dibawa angin. Sangatlah jelas bagaimana upaya yang dilakukan dari kedua unsur tersebut agar dapat bersama.

Saat kita membaca larik ketiga, maka akan terbayang orang yang tengah mendaki gunung. Larik ketiga berbunyi, Mencintai gunung harus menjadi terjal. Sapardi mengibaratkan gunung sebagai sesuatu yang dituju, dan untuk menuju kesana maka diperlukan kesiapan guna menghadapi jalan yang terjal, melelahkan, bahkan rasa ingin menyerah dalam proses mencapai puncaknya. 

Seperti yang sudah saya katakan, puisi milik Sapardi ini memiliki efek samping yang luar biasa. Katakanlah efek samping itu mempunyai level atau tingkatan, maka kita sedang berada pada level medium. Selepas perjuangan dihadapkan pada 2 elemen, yaitu angin dan air, maka kurang lengkap rasanya jika tidak memasukkan api ke dalam daftar. 

Pada larik keempat berbunyi, Mencintai api harus menjadi jilat. Kata jilat di sini bukan makna secara harfiah seperti menjilat es krim, tetapi makna jilat secara konotatif (digunakan untuk memperindah suatu kalimat pada sebuah kata) berkaitan dengan kata api yang merupakan proses pembakaran yang hebat. 

Jika api menyala, mengenai sesuatu, merembet, dan membakarnya, kemudian melebur bersama dalam kehangusan. Maka akan sekuat hati kunyalakan api-api kekekalan ke dalam rasa. Ah, romantis sekali. Bagaimana? Sudah semakin tersipu dengan maknanya?

Larik kelima berbunyi, Mencintai cakrawala harus menebas jarak. Pada larik ini Sapardi mengungkapkannya secara berbeda. Jika pada larik pertama sampai keempat pengarang menggunakan kata “harus menjadi”, pada larik ini pengarang menggunakan kata “harus menebas”, sehingga lebih memudahkan pembaca untuk memahami makna larik tersebut. 

Antara bumi dengan cakrawala memiliki jarak yang sangat jauh. Kemudian, untuk mencintai cakrawala harus menempuh jarak yang jauh dan sulit. Mencintai cakrawala harus menebas jarak yang artinya mencintai cakrawala harus berani melawan dan menghadapi jarak yang terbentang di sana. 

Pada larik terakhir berbunyi, Mencintaimu harus menjadi aku. Artinya, jika mencintai seseorang atau sesuatu kita harus menjadi diri sendiri. Apabila kita mencintai Sang Maha Pencipta, berarti kita harus menjadi seperti apa yang diharapkan oleh Sang Maha Pencipta. 

Begitu pula jika kita mencintai seseorang, kita harus love yourself terlebih dulu dan menjadi diri sendiri, bukan menjadi dia, mereka atau orang lain. Karena sebelum mencintai orang lain, kita harus mencintai diri sendiri. Mencintai diri sendiri lebih dahulu itu penting, karena kamu akan memahami siapa dan apa maumu.

Pada setiap orang, efek yang dirasakan setelah membaca puisi ini dapat berbeda-beda, sesuai pemaknaan mereka kepada puisi ini. Namun apapun itu, karya sastra puisi ini harus tetap dinikmati. Untuk mencintai pasti ada tantangannya tersendiri. Namun jangan takut, pasti selalu ada jalan untuk menggapainya.

Tinjauan Pustaka

Nyoen, Edx. Analisis Puisi Sajak Kecil tentang Cinta Karya Sapardi Djoko Damono Berdasarkan Psikoanalisis Teori Mimpi dan Fantasi. https://www.academia.edu/6853460/ANALISIS_PUISI_SAJAK_KECIL_TENTANG_CINTA_KARYA_SAPARDI_DJOKO_DAMONO_BERDASARKAN_PSIKOANALISIS_TEORI_MIMPI_DAN_FANTASI. Diakses pada 04-12-2021.

Bila Mesin Berkuasa, Apalah Daya Manusia?

Sebagai kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang berupaya berfikir kritis dengan berbagai metode berfikir sesuai konteknya. Seperti C...